Tak kuasa aku melihat ibu mengeluarkan air dari kedua selah matanya. Air mata haru melepas kepergianku. Air mata itu tak kunjung membeku. Dari kejauhan masih terlihat ia mengusap mata dengan selendang kesayangannya. Kulihat ibu berbalik badan. Kemudian menaiki tangga menuju lantai paling atas bandara. Ia ingin melihat pesawat yang kutumpangi take off dengan baik. Dari jendela pesawat kulihat gedung berkaca itu. Meski orang-orang di dalamnya tidak begitu terlihat jelas, tapi kuyakin ibu adalah salah satu dari mereka. Aku bisa merasakan keberadaan dirinya di sini. Keberadaan yang mungkin akan kudapat hanya dari kejauhan nanti. Ingin kumenangis sekencang-kencangnya untuk meluapkan rasa yang begitu miris ini. Tapi aku malu. Air mata ini hanya bisa menetes dengan mulut bisu sehingga membuat kepalaku ngilu seperti ada yang menusuk. Kututupi mukaku dengan sweater yang sejak tadi sudah kulepas. Dan mencoba untuk tidur. (ntar di lanjutin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar